Banyak di antara kita yang pada waktu sekarang terjebak dengan sikap karepedewe yang sering membanjiri pikiran dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak hal yang dia lakukan hanya untuk kepentingan diri sendiri dan mengabaikan kepentingan bersama yang lebih penting. Saya belum pernah tahu atau membaca sejak kapan manusia itu memiliki sikap seperti itu dan apakah ini sikap yang dibawa sejak dalam kandungan.

Sikap seperti itu semakin tampak dalam dunia elit politik yang tengah panas beradu argumen yang menyatakan memperjuangakan kepentingan rakyat. Namun sebenarnya mereka sedang memperjuangkan kepentingan pribadi dan kelompok. Lantas sampai kapan sebuah sikap karepedewe itu akan menjadi prioritas sekunder dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi bagi orang-orang yang sedang mendapat amanat untuk dapat memberikan yang terbaik bagi kemaslahatan rakyat.

Kemudian yang mendapat kerugian adalah rakyat yang seharusnya mendapat prioritas dari para wakilnya tersebut. Misalnya saja ada masalah dengan kebijakan dari pemerintah yang tidak memihak rakyat kecil yang seharunya mendapat perjuangan dari pengawas pemerintah atau yang lebih kita kenal dengan wakil rakyat. Karena para wakli rakyat itu asik dengan sikap karepedewe yang berdebat untuk kepentingan pribadinya dan kelompoknya.

Mungkin benar apa yang pernah dikemukakan oleh Abraham Lincoln untuk memberikan seseorang sebuah kekuasaan untuk dapat mengetahui karakternya. Itulah yang terjadi pada sebagian besar wakil rakyat yang ternyata telah mengabaiakan tujuan dan amanat yang diembannya. Lantas apakah hal ini akan terus berulang lagi sikap karepedewe semakin memenuhi kehidupan sehari-hari kita sebagai bangsa yang dikenal dengan gotong royongnya.

Menarik bagi kita yang pada keseharian dan kesempatan untuk dapat menggunakan sikap tersebut sebagai pemenuhan kepuasan pribadi. Oleh sebab itu sepertinya perlu perbaikan yang mendesak untuk dapat menciptakan generasi yang lebih baik untuk masa selanjuntya. Agar sikap dan karakter orang Indonesia yang sudah tercakup dalam jiwa Pancasila yaitu gotong royong harus dapat mendarah daging dalam sanu bari rakyat.

Sudah waktunya sekarang ini kita semua menyadari mana yang menjadi kepentingan bersama dan mana yang menjadi kepentingan pribadi. Untuk menjadikan kehidupan di Indonesia lebih baik sebagaimana cita – cita para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan. Dan semua itu dapat dimulai dari diri sendiri yang kemudian di tularkan kepada orang sekitar.

Fikri Fawaid

Posting Komentar

 
Top