Semakin hari suhu politik nasional kian memanas. Banyak elit politik kita tebar pesona sana-sini. Hanya bermodalkan nama dan partai mereka mengobral janji agar mereka dipilih sebagai wakil rakyat. Banyak wajah-wajah lama maupun baru bermunculan di media-media. Yang paling menggelikan banyak orang yang tidak saya kenal mencoba pamer diri di perempatan lampu merah. Ada yang berpose menempel di tiang listrik, di pohon, bahkan di pintu gang kosan saya. Saya jadi bingung ada apa sebenarnya ini?, Dari mana mereka datang?, Siapa mereka kok seenaknya sendiri mencemari pemandangan jalan yang banyak dilewati orang?. Saya sebagai mahasiswa jadi berpikir, mengapa mereka sampai pose “jual diri” kaya gitu?. Jika mereka sudah dikenal masyarakat, mengapa harus pamer?. Jika tidak pamer saya yakin masyarakat akan memilih mereka, karena mereka sudah kenal dan mengetahui kredibilitasnya ataupun jika mereka tidak dikenal mengapa harus mengajukan diri untuk dipilh, wong tidak kenal.
Tidak berlangsung lama saya menyadari ternyata sebentar lagi nasib masa depan negeri ini akan ditentukan oleh kita semua. Masa depan yang ditentukan dengan memilih calon wakil rakyat yang kelak mewakili aspirasi rakyatnya. Rakyat dituntut benar-benar membuka matanya lebar-lebar dalam memilih wakilnya, di samping karena kertas suaranya memang lebar. Mereka harus lebih teliti dalam memilih wakilnya.
Sebagai mahasiswa saya bertanya lalu di manakah peran mahasiswa dalam pesta demokrasi akbar negeri ini?. Pelaksanaan pesta demokrasi ini berlangsung lima tahun sekali atau lebih akrab di telinga kita menyebutnya Pemilu. Jika KPU sebagai penanggungjawab pelaksanaan Pemilu tidak melibatkan elemen tertentu di masyarakat, maka Pemilu akan jauh dari kata demokrasi. Saya kira di sinilah mahasiswa harus mengambil peran serta dalam mensukseskan Pemilu 2009 ini.
Terkait Pemilu 2009 kali ini, mahasiswa harus mempunyai peran yang jelas. Dalam artian mahasiswa harus memiliki pendirian yang tegas apakah dia berperan sebagai pemilih atau sebagai pengawas saja?, atau berperan yang lain?. Peran ini perlu agar mahasiswa tidak diseret-seret atau dimanfaatkan suaranya oleh partai-partai tertentu. Mahasiswa merupakan suara yang sangat potensial guna mendongkrak popularitas partai.
Partai peserta Pemilu 2009 tidaklah sedikit. Tentu dengan banyaknya jumlah partai yang ikut dalam Pemilu kali ini akan membingungkan masyarakat dalam menentukan pilihannya. Belum lagi ketika pemilihan legeslatif April mendatang dengan banyaknya partai yang ikut juga mempengaruhi banyaknya calon legeslatif yang mencalonkan diri. Hal tersebut tentu berpengaruh pada kertas suara sebagai media untuk memilih. Apalagi sekarang tidak ada istilah coblos yang ada istilah contreng. Bagi masyarakat luas, khususnya mahasiswa itu akan menjadi sesuatu yang sulit diterima karena masyarakat kita sudah akrab dengan istilah coblos. Jika persoalan ini tidak segera dituntaskan maka diprediksi akan ada banyak suara yang tidak sah karena prosedur memilih yang salah. Belum lagi ancaman golput karena persoalan administratif.
Mahasiswa sebagai tokoh muda harus bisa mencermati fenomena-fenomena seputar Pemilu 2009. Masih banyak masyarakat kita yang belum mengetahui hal-ihwal mengenai Pemilu mendatang. Saya sempat tercengang ketika sebuah televisi swasta menayangkan beberapa orang yang diwawancarai secara langsung belum mengetahui kapan tanggal pelaksanaan Pemilu. Hal itu sangat ironis sekali bila mengingat pelaksanaan Pemilu tinggal hitungan hari. Harusnya guna mengantisipasi hal seperti ini dari awal peran mahasiswa dilibatkan dalam porsi tertentu untuk mensosialisasikan hal-hal seputar pelaksanaan Pemilu kepada masyarakat. Saya melihat peran ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah. Di berbagai daerah sosialisasi Pemilu masih bergantung kepada KPU. Jika dengan memanfaatkan peran mahasiswa, tentunya sosialisasi Pemilu bisa jadi relatif maksimal, mengingat jumlah masyarakat pemilih yang begitu banyak. Perlu diperhatikan juga mengenai partisipasi mahasiswa dalam memantau jalannya Pemilu. Hendaknya pemerintah memberikan wadah tersendiri bagi mahasiswa yang independen tanpa campur tangan pihak-pihak lain dalam memantau jalannya Pemilu. Hal itu penting dilakukan agar tidak ada pihak-pihak luar yang memanfaatkan pesta demokrasi lima tahun sekali ini untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Disamping itu juga untuk memantau adanya praktek money politic maupun black campaign dalam pelekasaan Pemilu 2009 ini.
Mahasiswa sebagai agent of change harus mampu menempatkan diri pada posisi yang strategis agar peran dan suaranya tidak menjadi kendaraan politik partai tertentu. Bahkan kalau perlu mahasiswa menjadi jembatan antara partai, pemerintah, dan masyarakat agar tercipta iklim politik yang demokratis dan stabil. Jika hal itu terlaksana, maka dapat dipastikan bahwa pesta demokrasi lima tahun sekali ini akan berlangsung aman, tertib, dan mempunyai makna bagi mereka yang selama ini dimarginalkan. Untuk itu, siapkah kita mencontreng…?!!
Oleh: M. Khoirul Atqiya’ (Isipol 2007)

Posting Komentar

 
Top